Minggu, 29 Mei 2016

Interaksi Global dilihat dari Perspektif Sosiologi


MAKALAH

INTERAKSI GLOBAL DI LIHAT DARI PERSPEKTIF SOSIOLOGI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Perspektif Global” yang dibina oleh Prof. Dr. H. M. Sulthon Masyhud, M.Pd dan Zetti Finali, S.Pd, M.Pd



Oleh:
                                                         Kelompok 4                

EKA NOVITASARI                                    (150210204028)
FIRDA AMELIA SAFITRI                        (150210204043)
ENDAH PUTRI TANJUNG. S.                  (150210204049)

Kelas B



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016
KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkan atas ke hadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Interaksi Global di Lihat dari Perspektif Sosiologi ini dengan tepat waktu. Ada pun tujuan kami membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Perspektif Global.
Atas dukungan moral dan materiil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. H. M. Sulthon Masyhud, M.Pd dan Ibu Zetti Finali, S.Pd, M.Pd selaku dosen mata kuliah Perspektif Global yang telah memberikan pembinaan.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Terlepas dari itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini dan ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.



Jember, 21 Februari 2016
                                                                                                       

Penyusun





DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .     i
KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .    ii
DAFTAR ISI  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .   iii
BAB I PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .   1
1.1    Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .    1
1.2    Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .     2
1.3    Tujuan Penulisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .     2
1.4    Manfaat Penulisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .     2
1.5    Metode Penulisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .    2
BAB II PEMBAHASAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .    3
2.1    Pengertian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .    3
2.2    Contoh Interaksi Global dilihat dari Perspektif Sosiologi  . . . . . . . . . . .    11
2.3    Dampak Positif dan Negatif Globalisasi dalam Bidang Sosial . . . . . . . .   13
BAB III PENUTUP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . .  16
3.1    Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .   16
3.2    Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .   17
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .    18







BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Globalisasi dapat diartikan sebagai proses dimana antar individu atau kelompok dan menghasilkan suatu pengaruh terhadap dunia. Adanya globalisasi akan berpengaruh pada suatu bangsa, negara, masyarakat bahkan individu dalam masyarakat. Pengaruh yang timbul akibat globalisasi pada suatu bangsa terjadi di berbagai bidang. Sebagai contoh yaitu cara kita bersosialisasi, berpakaian, kebudayaan maupun politik tidak bisa lepas dari arus globalisasi.
Era globalisasi sering ditandai dengan adanya persaingan bebas, kuatnya komunikasi, dan keterbukaan saat ini berkembang sangat pesat. Di era ini, sumber daya manusia menjadi hal yang sangat penting karena berkaitan erat dengan kelangsungan hidup dan keberadaan seseorang dalam mengahadapi persaingan di era ini. Seseorang yang memiliki kualitas sumber daya manusia yang tinggi akan memiliki daya saing yang tinggi pula. Namun, bila seseorang  memiliki sumber daya yang rendah, maka mereka akan tersisihkan dalam persaingan. Dengan demikian, upaya menciptakan sumber daya manusia yang unggul merupakan cita-cita setiap daerah. Karenanya, guru sekolah dasar perlu dibekali wawasan yang mendalam tentang konsep perspektif global dan pembelajaranya. Oleh sebab itu, guru setidaknya:
1.        Tertarik dan peduli terhadap kejadian dan kegiatan pada masyarakat lokal, nasional, dan global
2.        Aktif mencari dan menyimpan informasi yang bersifat dunia
3.        Bersifat terbuka, mau menerima masukan atau pembaharuan
4.        Mampu menyeleksi informasi untuk disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi sosial budaya masyarakat
Telah kita ketahui bahwa perspektif global yaitu suatu cara pandang dan cara berpikir terhadap masalah dan kejadian-kejadian baik dari segi kepentingan global, sejarah, ekonomi, politik maupun budaya. Dengan adanya perspektif global kita dapat mengetahui perkembangan dunia dan menyelidiki suatu berkaitan dengan isu global. Dengan demikian cara berpikir seseorang harus berpikir secara global dan bertindak secara lokal atau nasional.
Pada kajian perspektif global tersebut ternyata antara  bidang ilmu yang satu  dan yang lain sukar dipisahkan. Tidak hanya pada satu bidang ilmu saja misalnya geografi, sejarah, ekonomi, atau politik. Akan tetapi sosiologi dan antropologi termasuk di dalamnya. Selanjutnya, pada makalah ini kita akan membahas mengenai interaksi global di lihat dari perspektif sosiologi.

1.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1.    Apakah yang dimaksud dengan Interaksi Global jika dilihat dari Perspektif Sosiologi ?
2.    Apa saja contoh interaksi global dilihat dari perspektif sosiologi?
3.    Bagaimana dampaknya terhadap masyarakat?

1.3    Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang diatas maka tujuan penulisan makalah ini adalah  :
1.    Untuk mengetahui interaksi global dilihat dari perspektif sosiologi.
2.    Untuk mengetahui contoh interaksi global dilihat dari perspektif sosiologi.
3.    Untuk mengetahui dampaknya terhadap masyarakat.

1.4    Manfaat Penulisan
Setelah mempelajari dan memahami materi yang ada di makalah ini adalah:
1.    Hendaknya para pembaca dapat mengetahui tentang interaksi global di lingkungan sekitar.
2.    Dapat meminimalisir tindakan atau perilaku masyarakat yang mengarah kepada kehancuran suatu bangsa.

1.5    Metode Penulisan
Penulisan mempergunakan metode kepustakaan cara-cara yang digunakan pada penulisan ini adalah:
ü Studi Pustaka
Dalam metode ini penyusun membaca buku-buku yang berkaitan dengan penulisan makalah ini.






















BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Pengertian
1.        Interaksi
Menurut Hormans, interaksi adalah suatu kejadian ketika aktivitas atau sentimen yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain diberi ganjaran (reward) atau hukuman (punishment) dengan menggunakan suatu aktifitas atau sentimen oleh individu lain yang menjadi pasangannya. Konsepnya interaksi adalah suatu tindakan yang dikemukakan oleh seseorang. Dalam suatu interaksi merupakan stimulus bagi tindakan individu lain yang menjadi pasangannya.
Thibaut dan Kelley mengemukakan pengertian dari interaksi adalah suatu peristiwa saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, yang kemudian mereka menciptakan suatu hasil satu sama lain atau berkomunikasi satu sama lain. Jadi, tindakan setiap orang bertujuan untuk memengaruhi individu lain terjadi dalam setiap kasus interaksi. Menurut Shaw, interaksi ialah suatu pertukaran antar pribadi yang masing-masing orang menunjukkan perilakunya satu sama lain dalam kehadiran mereka dan masing-masing perilaku mememgaruhi satu sama lain.
Jadi, dari pengertian para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa interaksi adalah hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih dan masing-masing orang yan terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif.
a.    Bentuk-bentuk Interaksi
Shaw mengemukakan bentuk-bentuk interaksi sebagai berikut:
1.        Interaksi verbal merupakan salah satu bentuk yang terjadi apabila dua orang atau lebih melakukan kontak satu sama lain dengan menggunakan alat-alat artikulasi. Proses tersebut terjadi dalam bentuk percakapan satu sama lain.
2.        Interaksi fisik merupakan salah bentuk interaksi yang terjadi jika ada dua orang atau lebih melakukan kontak dengan menggunakan bahasa-bahasa tubuh.
Contoh : posisi tubuh, ekspresi wajah, gerak-gerik tubuh dan kontak mata.
3.        Interaksi emosional merupakan salah satu bentuk interaksi yang terjadi jika individu melakukan kontak satu sama lain dengan melakukan curahan perasaan.
Contoh: mengeluarkan air mata sebagai tanda sedang bersedih, haru atau bahkan terlalu bahagia.

Nicholas membedakan bentuk-bentuk interaksi tersebut berdasarkan banyaknya individu yang terlibat dalam proses tersebut serta pola interaksi yang terjadi, bentuk-bentuk interaksi tersebut antara lain:
1.        Interaksi dyadic merupakan salah satu bentuk interaksi yang terjadi jika ada dua orang yang terlibat di dalamnya atau lebih, namun arah interaksinya hanya terjadi dua arah.
Contoh: interaksi antara dua orang melalui telepon, interaksi yang terjadi antara guru dan murid di dalam kelas jika guru menggunakan metode tanya jawab satu arah tanpa menciptakan dialog antar murid.
2.        Interaksi tryadic yaitu salah satu bentuk interaksi yang terjadi jika individu yang terlibat di dalamnya lebih dari dua orang dan pola interaksi menyebar ke semua individu yang terlibat.
Contoh: interaksi antara ayah, ibu, dan anak.
2.        Perspektif Global
Perspektif adalah suatu pandangan atau cara pandang setiap individu tentang suatu objek. Sedangkan global artinya mendunia (menyeluruh).
Jadi, Perspektif global adalah suatu pandangan atau cara pandang terhadap suatu masalah, kejadian atau kegiatan dari suatu kepentingan global, yaitu dari sisi kepentingan dunia atau international. Oleh karena itu, sikap atau perbuatan yang kita lakukan juga diarahkan untuk kepentingan global. Perspektif global juga dapat diartikan sebagai suatu pandangan atau cara pandang dimana setiap individu secara bersama-sama mengembangkan perspektif dan keterampilan untuk menyelidiki suatu yang berkaitan dengan isu global. Isu global meliputi isu lingkungan, hak asasi manusia (HAM), keadilan, studi tentang dunia, dan pengembangan pendidikan, dsb.
Pembelajaran perspektif global memiliki tujuan mendorong individu untuk mempelajari lebih banyak tentang materi dan masalah yang berkaitan dengan masalah global, mendorong individu untuk mempelajari masalah yang berkaitan dengan masalah lintas budaya, mengembangkan dan memahami makna perspektif global baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan profesinya. Perspektif global bertitik tolak dari masalah hidup sehari-hari misalnya masalah kelaparan, pengangguran, pengungsian. Semua permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dapat ditinjau dari berbagai sudut ilmu pengetahuan yang akan menyatu dalam perspektif global.
Dalam kaitannya dengan budaya dalam era globalisasi ini, Giansar (mimbar 1990) mengajukan 4 dimensi yaitu:
1.        Afirmasi atau penegasan dari dimensi budaya dalam proses pembangunan bangsa dan masyarakat. Nilai budaya suatu bangsa menjadi landasan bagi pembangunan suatu negara serta merupakan alat seleksi bagi pengaruh luar sudah tak terkendali lagi.
2.        Mereafirmasi dan mengembangkan identitas budaya dan setiap kelompok manusia berhak diakui identitas budayanya.
3.        Partisipasi bahwa dalam pengembangan suatu bangsa dan negara partisipasi dari masyarakat sangat diperlukan
4.        Memajukan kerjasama budaya antar bangsa.

3.        Sosiologi
Sosiologi adalah salah satu dari ilmu pengetahuan, berikut definisi-definisi sosiologi yang dikemukakan oleh beberapa ahli:
1.    Selo Sumardjan dan Soelaeman Soemardi
Sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan yang mempelajari struktur sosial termasuk perubahan sosial.
2.    Soejono Sukamto
Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat.
3.    Emile Durkheim
Sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari fakta-fakta sosial, yakni fakta yang mengandung cara bertindak, berfikir, berperasaan yang berada di luar individu dimana fakta-fakta tersebut memiliki kekuatan untuk mengendalikan individu.
4.    William Kornblum
Sosiologi adalah suatu upaya ilmiah untuk mempelajari masyarakat dan perilaku sosial anggotanya dan menjadikan masyarakat yang bersangkutan dalam berbagai kelompok dan kondisi.
5.    Allasn Jhonson
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku terutama dalam kaitannya dengan suatu sistem sosial dan bagaimana sistem tersebut mempengaruhi orang dan bagaimana pula orang yang terlibat didalamnya mempengaruhi sistem tersebut.
Dari berbagai definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa: sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara individu dengan individu, individu dengan masyarakat, dan masyarakat dengan masyarakat atau dapat disebut juga dengan suatu cabang ilmu yang mempelajari tentang fenomena yang timbul akibat hubungan antar kelompok umat manusia dan lingkungan manusia dalam hubungannya satu sama lain. Selain itu, sosiologi merupakan ilmu yang membicarakan apa yang sedang terjadi saat ini, khususnya pola-pola hubungan dalam masyarakat serta berusaha mencari pengertian-pengertian umum, rasional, empiris, serta bersifat umum.
Dalam sosiologi, objek yang menjadi sorotan utamanya yaitu hubungan antarmanusia, terutama dalam lingkungan yang terbentuk oleh manusia itu sendiri, atau yang disebut lingkungan sosial dimana terjadi interaksi sosial yang semakin lama semakin luas dan berkembang. Mulai dari keluarga, teman, tetangga, sekampung, sekota, regional provinsi, sampai ke tingkat global antar bangsa. Dalam sosiologi mengajarkan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh kelompok tempat ia terlihat sebagai anggota dan oleh interaksi yang terjadi pada kelompok itu.
Interaksi sosial terdapat dua macam yaitu:
a.    Interaksi sosial langsung (tatap muka) yang semakin luas membawa perubahan sosial, kemajuan sosial yang berdampak luas terhadap opini, kecerdasan, nalar, dan wawasan manusia yang mengalaminya.
b.    Interaksi sosial tak langsung melalui pengetahuan, pengenalan teknologi yang terbawa oleh satu pihak lain melalui berbagai media, berdampak luas pada tatanan sosial baik material dan non material. Misalnya pakaian, peralatan, berbagai jenis produk makanan dan perangkat kasar yang lain, tidak hanya dimanfaatkan oleh orang tertentu, melainkan telah memasukkan kehidupan segala lapisan masyarakat secara lokal, regional bahkan global. Dampak non material adanya pergeseran nilai dan norma yang diadobsi dari Negara lain melalui media elektronik maupun cetak.
4.        Interaksi Global dilihat dari Perspektif Sosiologi
Interaksi Global dilihat dari Perspektif Sosiologi merupakan hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya yang memiliki pandangan terhadap suatu masalah baik dari isi kepentingan dunia atau internasional. Perspektif dalam Sosiologi meliputi :
a.    Perspektif Evolusi
Evolusi dapat diartikan sebagai perubahan sehingga jika dikaitkan dengan sosiologi yaitu menitikberatkan pada pola perubahan masyarakat dalam kehidupannya. Perpektif evolusi merupakan pandangan teoritis yang paling awal dalam sosiologi. Pandangan seperti ini didasarkan pada karya Auguste Comte, Herbert Spencer, dan Ibnu Khaldun. Para tokoh ini melihat pada pola perubahan dalam masyarakat. Mereka mengkaji masyarakat dengan menitikberatkan pada evolusinya. Dalam perspektif ini secara umum dapat dikatakan bahwa perubahan manusia atau masyarakat itu selalu bergerak maju (secara linear). Selain itu juga, perspektif ini menyatakan bahwa masyarakat sebagai suatu organisme atau suatu makhluk hidup yang mengalami proses diferensiasi dan integrasi secara berurutan. Kehidupan masyarakat sebagai suatu organisme mengalami suatu pertumbuhan secara terus menerus dalam upaya memperbaiki struktur yang ada. Dalam kaitannya dengan proses perubahan sosial terdapat empat hal penting, yaitu : asal usul dari masyarakat maju sekarang, tingkat perubahan sosial, penyebab perubahan sosial, kemana arah perubahan sosial yang akan terjadi.
Latar belakang contoh: Karena adanya suatu sistem yang mengatur kehidupan dalam berperilaku. Dan Individu tunduk pada sistem tersebut. Sistem ini hadir melaui proses evolusi yang cukup panjang dan adanya saling ketergantungan antara bagian-bagiannya. Mayarakat juga berevolusi dengan sendirinya lepas dari kemauan dan kesadaran individu-individu.
Contoh: Saat ini masyarakat Indonesia menganggap bahwa makanan pokok warga negaranya adalah nasi liwet. Maka setiap individu-individu di dalamnya akan memakan nasi liwet. Bahkan menjadikannya sebagai suatu keharusan untuk dimakan. Proses untuk menjadikan nasi liwet ini sebagai makanan pokok masyarakat Indonesia membutuhkan waktu yang lama. Bahkan mengalami proses integrasi dan juga disintegrasi untuk akhirnya terbentuk kesepakatan bahwa nasi liwet adalah makanan pokok setiap individu di Indonesia.
b.      Perspektif Interaksionis atau simbolik
Pandangan ini mengkaji masyarakat dari interaksi simbolik yang terjadi di antara individu dan kelompok masyarakat. Tokoh yang menganut pandangan interaksionis misalnya G.H Mead dan C. H Cooley. Mereka berpendapat bahwa interaksi manusia berlangsung melalui serangkaian simbol yang mencakup gerakan, tulisan, ucapan, gerakan tubuh, dan lain sebagainya. Pandangan ini lebih mengarah pada studi individual atau kelompok kecil dalam suatu masyarakat, bukan pada kelompok-kelompok besar atau institusi sosial. Perspektif ini cenderung menolak anggapan bahwa fakta sosial adalah sesuatu yang determinan terhadap fakta sosial yang lain. Bagi perspektif ini, orang sebagai makhluk hidup diyakini mempunyai perasaan dan pikiran. Dengan perasaan dan pikiran orang mempunyai kemampuan untuk memberi makna terhadap situasi yang ditemui, dan mampu bertingkah laku sesuai dengan interpretasinya sendiri. Sikap dan tindakan orang tidak dipaksa oleh struktur yang berada di luarnya (yang membingkainya) serta tidak semata-mata ditentukan oleh masyarakat. Jadi, orang dianggap bukan hanya mempunyai kemampuan mempelajari, memahami, dan melaksanakan nilai dan norma masyarakatnya, melainkan juga bisa menemukan, menciptakan, serta membuat nilai dan norma sosial (yang sebagian benar-benar baru). Karena itu orang dapat membuat, menafsirkan, merencanakan, dan mengontrol lingkungannya.
Singkatnya, perspektif ini memusatkan perhatian pada interaksi antara individu dengan kelompok, terutama dengan menggunakan simbol-simbol, antara lain tanda, isyarat, dan kata-kata baik lisan maupun tulisan. Atau dengan kata lain perspektif ini meyakini bahwa orang dapat berkreasi, menggunakan, dan berkomunikasi melalui simbol-simbol.
Latar belakang contoh: Dalam contoh ini, ketika kita memaknai Kabayan sebagai orang yang kampungan, maka kita menganggap pada kenyataannya Kabayan memang adalah orang yang kampungan. Begitu pula sebaliknya. Contoh: dalam film Kabayan, tokoh Kabayan sebenarnya akan memiliki makna yang berbeda-beda berpulang kepada siapa atau bagaimana memandang tokoh tersebut. Ketika Kabayan pergi ke kota besar, maka masyakat kota besar tersebut mungkin akan memaknai Kabayan sebagai orang kampung, yang kesannya adalah norak, kampungan.
c.       Perspektif structural Fungsional
Dalam perspektif ini, masyarakat dianggap sebagai sebuah jaringan teroganisir yang masing-masing mempunyai fungsi. Institusi sosial dalam masyarkat mempunyai fungsi dan peran masing-masing yang saling mendukung. Masyarakat dianggap sebagai sebuah sistem stabil yang cenderung mengarah pada keseimbangan dan menjaga keharmonisan sistem. Dengan demikian menurut pandangan perspektif ini, setiap kelompok atau lembaga melaksanakan tugas tertentu secara terus-menerus, karena hal itu fungsional. Sehingga, pola perilaku timbul karena secara fungsional bermanfaat dan apabila kebutuhan itu berubah, pola itu akan hilang atau berubah.
Hal ini juga berarti bahwa perubahan sosial akan mengganggu keseimbangan masyarakat yang stabil tersebut. Namun tidak lama kemudian akan tercipta kembali keseimbangan. Perspektif ini lebih menekankan pada keteraturan dan stabilitas dalam masyarakat. Lembaga-lembaga sosial seperti keluarga, pendidikan, dan agama dianalisis dalam bentuk bagaimana lembaga-lembaga itu membantu mencukupi kebutuhan masyarakat. Ini berarti lembaga-lembaga itu dalam analisis dilihat seberapa jauh peranannya dalam memelihara stabilitas masyarakat. Perspektif fungsionalis menekankan pada empat hal berikut ini:
1.    Masyarakat tidak bisa hidup kecuali anggota-anggotanya mempunyai persamaan persepsi, sikap, dan nilai.
2.    Setiap bagian mempunyai kontribusi pada keseluruhan.
3.    Masing-masing bagian terintegrasi satu sama lain dan saling memberi dukungan.
4.    Masing-masing bagian memberi kekuatan, sehingga keseluruhan masyarakat menjadi stabil.
Latar belakang contoh: Oleh karena setiap bagian tubuh manusia memiliki fungsi yang jelas dan khas, demikian pula setiap bentuk kelembagaan dalam masyarakat. Setiap lembaga dalam masyarakat melaksanakan tugas tertentu untuk stabilitas dan pertumbuhan masyarakat tersebut. Contoh: Struktur tubuh manusia memiliki berbagai bagian yang saling berhubungan satu sama lain. Oleh karena itu, masyarakat mempunyai kelembagaan yang saling terkait dan tergantung satu sama lain.
d.      Perspektif Konflik
Pendekatan ini terutama didasarkan pada pemikiran Karl Marx. Teori konflik melihat masyarakat berada dalam konflik yang terus-menerus di atara kelompok atau kelas. Dalam pandangan teori konflik masyarakat dikuasai oleh sebagian kelompok atau orang yang mempunyai kekuasaan dominan. Selain Marx dan Hegel tokoh lain dalam pendekatan konflik adalah Lews Coser. Perspektif ini melihat masyarakat sebagai sesuatu yang selalu berubah, terutama sebagai akibat dari dinamika pemegang kekuasaan yang terus berusaha memelihara dan meningkatkan posisinya. Perspektif ini beranggapan bahwa kelompok-kelompok tersebut mempunyai tujuan sendiri yang beragam dan tidak pernah terintegrasi. Dalam mencapai tujuannya, suatu kelompok seringkali harus mengorbankan kelompok lain. Karena itu konflik selalu muncul, dan kelompok yang tergolong kuat setiap saat selalu berusaha meningkatkan posisinya dan memelihara dominasinya.
Ciri lain dari perspektif ini adalah cenderung memandang nilai dan moral sebagai rasionalisasi untuk keberadaan kelompok yang berkuasa. Dengan demikian kekuasaan tidak melekat dalam diri individu, tetapi pada posisi orang dalam masyarakat. Pandangan ini juga menekankan bahwa fakta sosial adalah bagian dari masyarakat dan eksternal dari sifat-sifat individual. Singkatnya, pandangan ini berorientasi pada studi struktur sosial dan lembaga-lembaga sosial. Ia memandang masyarakat terus- menerus berubah dan masing-masing bagian dalam masyarakat potensial memacu dan menciptakan perubahan sosial. Dalam konteks pemeliharaan tatanan sosial, perspektif ini lebih menekankan pada peranan kekuasaan.

Latar belakang contoh: sebagai perjuangan memperebutkan kekuasaan yang tak berkesudahan, kelompok dominan berusaha memelihara dan mempertahankan kedudukannya; kekuatan adalah faktor terpenting dalam mempertahankan stabilitas, kekerasan mungkin diperlukan untuk memulihkan keseimbangan sosial jika keseimbangan itu terganggu. Kekerasan tidak memerlukan pembenaran moral, karena kekerasan mempunyai kualitas pembaharuan membebaskan manusia untuk mengikuti ketentuan tak rasional dari sifat bawaannya sendiri. Contoh: konflik antar kelompok. Perang antar kelompok dapat disamakan dengan perjuangan untuk mempertahankan hidup dan yang terkuatlah yang menang dalam kehidupan sosial. Kebencian yang besar dan yang melekat antar kelompok, antar ras dan antar orang yang berbeda menyebabkan konflik tak terelakkan. Dari beberapa pandangan tentang perspektif sosiologi di atas dapat disimpulkan bahwa, perspektif sosiologi merupakan pola pengamatan ilmu sosiologi dalam mengkaji tentang kehidupan masyarakat dengan segala aspek atau proses social kehidupan didalamnya.

2.2    Contoh Interaksi Global dilihat dari Perspektif Sosiologi
1.        Indonesia kembali menjadi anggota PBB
Pada tanggal 28 September 1950 Indonesia menjadi anggota PBB dan tercatat menjadi anggota yang ke-60. Banyak manfaat yang diperoleh bangsa Indonesia semenjak menjadi anggota PBB. Berbagai bantuan dan jasa baik PBB telah dinikmati bangsa Indonesia.
a.    PBB turut berperan menyelesaikan pertikaian Indonesia-Belanda dalam Perang Kemerdekaan (1945-1950) dengan mengirimkan KTN dan UNCI.
b.    PBB berjasa menyelesaikan pengembalian Irian Barat ke pangkuan RI dengan mengirim misi UNTEA.
c.    PBB banyak memberikan bantuan dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya melalui organisasi khusus, seperti IMF, IBRD, UNESCO, WHO, dan sebagainya.
Namun, hubungan yang harmonis antara Indonesia dan PBB menjadi terganggu sejak Indonesia menyatakan diri keluar dari keanggotaan PBB pada 7 Januari 1965. Persoalannya, usul Indonesia agar Malaysia tidak diterima sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB tidak membuahkan hasil. Kenyataannya, Malaysia tetap diterima sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB.
Sejak keluar dari keanggotaan PBB, Indonesia praktis terkucil dari pergaulan internasional. Kenyamanan dan kebersamaan hidup dengan bangsa lain tidak dapat dirasakan lagi. Begitu pula pembangunan negara menjadi terhambat sehingga berakibat pada kesengsaraan rakyat. Menyadari adanya kerugian itu, maka pemerintah Orde Baru memutuskan untuk masuk kembali menjadi anggota PBB. Pada 28 September 1966 Indonesia kembali aktif di PBB. Indonesia tetap diterima kembali sebagai anggota PBB yang ke-60. Tindakan Indonesia ini mendapat dukungan dari Aljazair, Filipina, Jepang, Mesir, Pakistan, dan Thailand.
2.        Kerjasama Bilateral antara Indonesia dengan Jepang
Walaupun sempat menjadi negara jajahan Jepang, seiring berjalannya waktu Indonesia dan Jepang menemukan titik damai dan menjalin kerjasama bilateral demi menjaga hubungan diplomatik yang baik. Indonesia membutuhkan Jepang dan sebaliknya Jepang pun membutuhkan Indonesia. Kerjasama Indonesia dan Jepang hingga saat ini telah berjalan kurang lebih selama 52 tahun sejak tahun 1958. Berbagai sektor kerjasama telah dijalankan oleh Indonesia dan Jepang baik di bidang ekonomi, pendidikan, perdagangan bahkan kultural budaya.

Motif interaksi sosial sangat beragam dilandasi oleh tujuan tertentu
a.         Hubungan antara produsen dan konsumen yang dilandasi oleh motif ekonomi. Akibat interaksi sosial yang makin intensif sampai ke tingkat global, menunjukkan perubahan sosial di masyarakat sampai ke proses modernisasi. Dampak kemajuan, penerapan, dan permanfaatan IPTEK di bidang transportasi dan komunikasi menjadikan interaksi sosial baik secara langsung (misalnya di pasar swalayan) maupun tidak langsung (misalnya on-line shopping) ini semakin intensif dan meluas.
b.        Pengetahuan, ilmu, dan pengenalan teknologi berdampak luas pada tatanan sosial dan telah memasuki kehidupan segala lapisan masyarakat. Contohnya jenis makanan khas setempat yang telah menyebar ke segala tempat bahkan juga di manca negara, seperti misalnya makanan khas Indonesia tempe yang kini terkenal di Jepang. Contoh lainnya adalah jenis permainan atau kebudayaan lokal/tradisional yang kini terkenal di segala penjuru dunia, misalnya pencak silat, gamelan, tari-tarian Bali, dsb.
c.         Kegiatan sehari-hari seperti belajar dan olah raga juga merasakan dampak globalisasi, misalnya pertukaran pelajar dan pertandingan olah raga antar negara seperti sea games ataupun olimpiade.
d.        Perkembangan teknologi transpormasi dan komunikasi telah menyebabkan interaksi manusia meluas ke tingkat global secara lebih intensif. Interaksi bisa terjadi secara fisik maupun non fisik melalui internet. Teknologi komputer melalui email (electronic mail) menyebabkan dunia ini tanpa batas (bord erless) secara non fisik. Setiap orang yang mampu mengakses teknologi ini bisa berkirim maupun menerima berita dari seluruh dunia. Dari arus global dan interaksi sosial, baik langsung maupun melalui media, tentu saja ada yang wajib diwaspadai terutama dari segi negatifnya. Perubahan dan kemajuan yang positif meningkatkan kesejahteraan dalam arti yang seluas-luasnya. Sosiologi, yang oleh Horton dan Hun (1976 : 22) didefinisikan sebagai studi ilmiah tentang kehidupan sosial umat manusia, harus mengembangkan kemampuan perspektif global dalam menyimak masalah-masalah global yang mengancam kehidupan umat manusia. Secara fisik batas-batas wilayah setiap Negara berdasarkan hukum Internasional masih jelas.

2.3    Dampak Positif dan Negatif Globalisasi dalam Bidang Sosial
Dampak positif globalisasi dalam bidang sosial budaya antara lain:
a.       Turut serta berpartisipasi dalam kegiatan sosial internasional, misalnya
lewat organisasi Palang Merah Internasional.
b.      Menjunjung tinggi pelaksanaan HAM.
c.       Mengadakan pertukaran pelajar antar Negara.
d.      Meningkatkan pembelajaran mengenai tata nilai sosial budaya, cara hidup, pola pikir yang baik, maupun ilmu pengetahuan dan teknologi dari bangsa lain yang telah maju.
e.       Meningkatkan etos kerja yang tinggi, suka bekerja keras, disiplin, mempunyai jiwa kemandirian, rasional, sportif, dan lain sebagainya.
f.       Adanya rasa solidaritas sosial yang tiggi antarbangsa di berbagai negara.
g.      Terjadinya kontak budaya melalui media massa yang dapat memberikan informasi tentang keberadaan nilai-nilai budaya lain.
h.      Terdapat banyak bentuk-bentuk seni yang masih berpolakan masa lalu yang dimodifikasi dengan kesenian modern untuk dijadikan komoditi yang dapat dikonsumsi masyarakat modern.
i.        Menumbuhkan sikap toleran.
j.        Memacu untuk meningkatkan kualitas diri.

Dampak negatif globalisasi dalam bidang sosial budaya antara lain:
a.       Semakin mudahnya nilai-nilai barat masuk ke Indonesia baik melalui
internet, media televisi, maupun media cetak yang banyak ditiru oleh masyarakat.
b.      Semakin memudarnya apresiasi terhadap nilai-nilai budaya. Merebaknya gaya berpakaian barat di negara-negara berkembang.
c.       Menjamurnya produksi film dan musik dalam bentuk kepingan CD/ VCD atau DVD.
d.      Rasa kekeluargaan yang akan berkurang dengan adanya jiwa individualis.
e.       Kesenjangan sosial semakin tajam.
f.       Budaya-budaya tradisional kita akan tergeser oleh budaya negara lain.
g.      Berbagai tradisi keagamaan dan relasi kekeluargaan yang tradisional berubah mengikuti kecenderungan umum globalisasi, yakni bercampur aduk dengan berbagai tradisi lain.
h.      Terjadinya penurunan rasa cinta terhadap kebudayaan yang merupakan jati diri suatu bangsa.
i.        Terjadinya akulturasi budaya yang selanjutnya berkembang menjadi budaya massa.
j.        Meningkatnya individualisme, perubahan pada pola kerja, terjadinya pergeseran nilai kehidupan dalam masyarakat.
k.      Mempercepat perubahan pola kehidupan bangsa.
l.        Kehilangan arah sebagai bangsa yang memiliki jati diri.
m.    Pergaulan bebas, pemakaian obat terlarang, kebiasaan minum-minuman keras, dan sadisme.
n.      Adanya kelompok manusia yang bertujuan komersial dan barang kali juga bertujuan politik yang secara sengaja melakukan penetrasi budaya untuk meracuni bangsa dengan tujuan menghancurkan generasi muda bangsa. Kita harus secara aktif mencari alternatif pemecahannya.























BAB III
PENUTUP

3.1  Keimpulan
Perspektif global adalah suatu cara pandang dan cara berpikir terhadap suatu masalah kejadian atau kegiatan dari sudut kepentingan global, dan mengkaji berbagai fenomena dalam konteks keruangan di permukaan bumi baik masa lampau, saat ini, baik dalam budaya ataupun kebudayaan, baik dalam satu Negara maupun dengan Negara-negara lain.
Dalam ilmu sosiologi, sorotan utamanya adalah hubungan antarmanusia, terutama dalam lingkungan yang terbentuk oleh manusia sendiri atau lingkungan sosial. Hubungan sosial ini semakin lama semakin luas dan semakin berkembang. Berbagai motif melandasi hubungan ini, didukung oleh semakin berkembangnya teknologi informasi. Dampaknya berbagai kebudayaan, kesenian, olahraga, kuliner, tidak lagi berkembang di negara asalnya. Dampak hubungan global ini dapat positif maupun negatif.
Dalam suasana global yang makin mengarus, dunia pendidikan khususnya harus mengembangkan kewaspadaan sedini mungkin untuk mencegah dampak negatif perubahan kehidupan global terhadap SDM generasi muda, yang akan menjadi subjek pembangunan di masa mendatang.

3.2  Saran
Berdasarkan manfaat penulisan dari makalah ini, saya dapat menyimpulkan beberapa saran kepada para pembaca khususnya untuk diri saya sendiri yaitu:
1.    Sebagai calon pendidik nantinya kita harus mengetahui masalah yang berkaitan dengan masalah global yang berkaitan dengan lintas budaya, serta mengembangkan dan memahami makna prspektif global baik dalam kehidupan sehari-hari, maupun dalam pengembangan profesi.
2.    Sebagai calon pendidik, harus kita harus membekali peserta didik untuk mempersiapkan diri untuk hidup di masa depan yang lebih global dengan menjadi produsen dan konsumen yang bijaksana sekaligus membekali peserta didik dengan pengetahuan global agar tidak mengalami ketegangan budaya akibat derasnya arus informasi.

























DAFTAR PUSTAKA

Nursed Sumaartmadja. Kuswaya Wihardit. 1999. Perspektif Global. Universitas Terbuka.



0 komentar:

Posting Komentar